Kamis, 09 Juni 2016

"MEMBANGKITKAN BATANG TERENDAM"



Masih dalam kontek penelusuran tarombo Ompu Raja Rumbi Siahaan. Kali ini mari kita lihat buku; Punguan Pomparan ni Ompu Raja Pangahut Tua Siahaan dohot Boruna Se Jabodetabek - 2007.

Ada yang menarik dari buku ini. Pada halaman 6, 7 dan 8 kita melihat ada tiga tarombo. Pertama Tarombo Tuan Sorba Di Banua; Kedua Tarombo Ompu Somba Debata Raja Siahaan dan ketiga Tarombo Ompu Raja Pangahut Tua Siahaan.

Pada Tarombo Ompu Somba Debata Raja Siahaan di halaman tujuh; yakni pada tarombo mengikuti keterangan Siahaan Lobu Siregar. Di situ tercantum nama OR. Rumbi.

Bukankah itu nama ompung kami ?” kataku dalam hati. “Nama yang sering kami sebut-sebut bila ada yang bertanya siapa ompung kami. Tapi waktu itu belum ada yang mengetahui atau mengenalnya”, kenangku. Berulang kali ku pandang tarombo itu, dan kini yang tertinggal rasa syukur atas kemurahan Tuhan memenuhi diri.



Tercantumnya OR. Rumbi pada tarombo Ompun Somba Debata Raja Siahaan pada buku yang diterbitkan oleh OR. Pangahut Tua Siahaan tersebut dapat dimaknai sebagai berikut; (a). Sudah adanya pernyataan dari dongan tubu marga Siahaan akan keberadaan OR. Rumbi Siahaan. (b). Merupakan jawaban dari apa yang dahulu pernah diminta oleh kerabat di Medan  alm. Adelbert Siahaan; yakni agar kami mencari tahu mengenai Ompu Rumbi dari keturunan Ompu Somba Raja; karena dijelaskannya bahwa Ompu Rumbi dan Ompu Somba Raja beradik-kakak.



Dalam kesempatan ini kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Punguan Pomparan ni Ompu Raja Pangahut Tua Siahaan dohot Boruna Se Jabodetabek yaitu kepada Tim Sejarah; Guru Ferdinand Siahaan di Lobu Siregar Siborong-Borong dan Drs. PH. Siahaan. Terlebih kepada para Pengurus; Charles H.M. Siahaan selaku Sekretaris Umum; ST. Drs. Togi P. Siahaan selaku Ketua Umum serta St. Drs. DA. Siahaan Msi. selaku Penasehat maupun selaku Ketua Umum periode sebelumnya. Dan kepada seluruh kerabat yang terlibat sehingga buku “Punguan Pomparan ni Ompu Raja Pangahut Tua Siahaan dohot Boruna Se Jabodetabek – 2007” ini terwujud.



Kami menyadari bahwa upaya penelusuran tarombo OR. Rumbi Siahaan ibarat “Membangkitkan batang terendam”. Pekerjaan yang tak seorangpun dapat memprediksi kapan selesainya; dan di sisi lain penelusuran ini menuntut ketekunan dan kebijaksanaan dengan berpedoman pada“manat mardongan tubu”.  Mauliate dan terima kasih.



Tuhan memberkati kita.



Slamat Siahan - Sunter Jakarta

Senin, 21 Maret 2016

OMPU DATU GORAT SIAHAAN





Ompung kami - Datu Gorat Siahaan - sundut 10; hidup dipertengahan sampai akhir abad XIX. Yakni hidup pada zaman Si Singamangaraja XII yang menjadi raja pada tahun 1867.  Pada zaman-nya itu, di tano Batak terjadi peristiwa Perang Batak (1878-1907).  Si Singamangaraja XII yang lahir pada tahun 1849 di Bakkara, Tapanuli, tewas dalam perang pada tahun 1907.  

Begitu pula Ompung kami Datu Gorat Siahaan; kami keturunannya  hanya mendengar bahwa beliau tewas terbakar. Makamnya tak ada dan huta yang terbakar itu kini berupa sawah.  Kami tidak tahu apakah ada kaitannya dengan perang Batak - Belanda melakukan strategi "bumi-hangus" bagi mereka yang tidak mau menyerah. 

Datu Gorat Siahaan tinggal di Silindung, beristri boru Panggabean dan dikaruniai lima anak. Anak pertama bernama Simon,  anak kedua Petrus,  anak ketiga Madjaman, anak keempat Yohannes dan anak kelima Jadiaman.

Anak keempat itulah Guru Yohannes yang tercatat dalam buku Tarombo taringot tu partording ni partubu ni pinompar ni Radja Sibagot ni Pohan: dohot rimpun ni partalianna tu pomparan ni Tuan Sorba Dibanua karya Mangaraja Asal - di halaman 177 mengikuti Siahaan Lobu Siregar yang tertulis sebagai berikut;

... la pomparan ni Omp. Rumbi,  maringanan do di Lumban Siagian di Simarangkir, i ma halak guru Johannes Siahaan, guru na di Hephata nadjolo.”  


Sekian, salam dan hormat kami.