Ompung kami - Datu
Gorat Siahaan - sundut 10; hidup dipertengahan sampai akhir abad
XIX. Yakni hidup pada zaman Si Singamangaraja XII yang menjadi raja
pada tahun 1867. Pada zaman-nya itu, di tano Batak terjadi peristiwa Perang
Batak (1878-1907). Si Singamangaraja XII yang lahir pada tahun
1849 di Bakkara, Tapanuli, tewas dalam perang pada tahun 1907.
Begitu pula Ompung kami
Datu Gorat Siahaan; kami keturunannya hanya mendengar bahwa beliau
tewas terbakar. Makamnya tak ada dan huta yang terbakar itu kini
berupa sawah. Kami tidak tahu apakah ada kaitannya dengan perang Batak -
Belanda melakukan strategi "bumi-hangus" bagi mereka yang tidak mau
menyerah.
Datu Gorat Siahaan
tinggal di Silindung, beristri boru Panggabean dan dikaruniai
lima anak. Anak pertama bernama Simon, anak kedua Petrus,
anak ketiga Madjaman, anak keempat Yohannes dan anak kelima Jadiaman.
Anak keempat itulah Guru
Yohannes yang tercatat dalam buku Tarombo taringot tu partording ni
partubu ni pinompar ni Radja Sibagot ni Pohan: dohot rimpun ni
partalianna tu pomparan ni Tuan Sorba Dibanua karya Mangaraja Asal - di
halaman 177 mengikuti Siahaan Lobu Siregar yang tertulis sebagai berikut;
“... la pomparan ni Omp. Rumbi, maringanan do di Lumban Siagian di Simarangkir, i ma halak guru Johannes Siahaan, guru na di Hephata nadjolo.”
Sekian, salam dan
hormat kami.