Kamis, 04 Februari 2016

Sifat dan Cakupan Pengetahuan Orang Batak tentang Asal Usul Keturunannya



HORAS

Selamat datang di blog OMPU RAJA RUMBI SIAHAAN. Blog ini dimaksud untuk memperkenalkan Pomparan OMPU RAJA RUMBI SIAHAAN.

Sebagai pengantar ada baiknya kami sertakan tulisan Bab-I mengenai Struktur Silsilah masyarakat Batak yang dikutip dari buku karya J.C. Vergouwen yang berjudul “Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba” terbitan LKiS  sbb;        

Struktur Silsilah: Sistem Kekerabatan

A. Kekerabatan

Sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal – menurut garis keturunan ayah. Memang benar , seorang Batak menyebut anggota marga-nya dengan sebutan  dongan sabutuha (mereka yang berasal dari rahim yang sama), tetapi sekarang ini,dari sejarah yang dikenal atau dari legenda, kita tidak mengenal keturunan menurut garis matrilineal (menurut garis keturunan ibu). Garis keturunan laki-laki diteruskan oleh anak laki-laki, dan menjadi punah kalau tidak ada anak laki-laki yang dilahirkannya. Sistem kekerabatan patrilineal itulah yang menjadi tulang punggung masyarakat Batak, yang terdiri dari turunan-turunan, marga, dan kelompok suku, semuanya saling dihubungkan menurut garis laki-laki. Laki-laki itulah yang membentuk kelompok kekerabatan; perempuan menciptakan hubungan besan, kawin dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain.

Sifat dan Cakupan Pengetahuan Orang Batak tentang Asal Usul Keturunannya.

Pengetahuan orang Batak tentang asal usulnya merambah jauh sampai ke masa lampau. Ini berlaku baik bagi orang perorang maupun kelompok. Setiap orang yang moyangnya tidak tercerabut dari kelompok kerabatnya dan mengetahui tentang fakta-fakta ia dapat menuturkan 6, 8 bahkan 10 turunan atau lebih tentang garis keturunan nenek moyangnya.

Didalam kelompok kekerabatan yang lebih kecil (sasuhu – termasuk ke dalam satu kelompok, saompu -  berasal dari satu leluhur), setiap orang tahu persis bagaimana hubungannya dengan para anggota. Tak seorangpun yang tidak tahu di mana kedudukan kedudukan dirinya di dalam marga atau cabang marga. Setiap anak tahu persis masuk dalam marga apa, dari marga mana ibunya berasal, dan bahwa saudara perempuannya akan pergi ke marga lain bila saat perkawinannya telah tiba.

Marga seorang laki-laki mungkin bermula sejak 15 atau bahkan 20 turunan yang lalu; ini berarti telah berlangsung  paling tidak empat abad yang silam. Titik temu marga seseorang dengan marga orang lain dalam suatu kelompok suku berada pada beberapa turunan yang  lebih awal, dan begitulah seterusnya hubungan itu berlanjut semakin ke belakang sampai ke zaman paling tua yang masih dikenal dan akhirnya sampai pada legenda.

Namun, pengetahuan mengenai hubungan silsilah antara marga yang satu dengan yang lain tidak sama di masing-masing tempat, begitu juga dalam hal pelestariannya. Jika orang-orang hidup memusat di suatu daerah, dan selalu hidup bersama di sana sehingga masih terus saling berhubungan, dan oleh karenanya mereka selalu bisa saling berkomunikasi, maka biasanya kita akan menemukan suatu pengetahun yang terpercaya mengenai tali-temali silsilah, cabang dan ranting silsilah, sampai kepada nenek moyang yang menduduki wilayah  itu. Hubungan yang terjalin antara marga dan garis keturunan diketahui oleh semua orang, dan meskipun terdapat perbedaan pengetahuan tentang hal itu diantara masing-masing orang, namun perbedaan yang ada hanya menyangkut hal-hal kecil misalnya menyangkut siapa yang lahir lebih dahulu. 

Dstnya ..

Pada umumnya orang Batak memiliki minat yang tinggi terhadap martuturtutur – menelusuri mata rantai silsilah kekerabatan (partuturan) jika ia berjumpa dengan orang Batak lainnya, terutama untuk mengetahui apakah orang yang satu masih kerabat dengan yang lainnya; apakah mereka kemudian menjadi kerabat melalui perkawinan, dan sebagai akibatnya, bagaimana cara yang seharusnya untuk saling bertutur sapa.

Hubungan kekerabatan melalui pertalian darah atau perkawinan telah dijadikan alasan oleh orang Batak untuk saling bersikap ramah. Hal ini terkadang bisa mendatangkan keuntungan. Minat yang dimiliki oleh orang Batak untuk mengetahui asal usul nenek moyangnya terungkap di dalam umpama1 (peribahasa Batak) berikut;

Tinitip sanggar bahen huru-huruan
Djolo sinungkun marga asa binoto partuturan
Untuk membuat sangkar burung, orang harus memotong gelagah
Untuk tahu hubungan kekerabatannya, orang harus menanyakan marga

Sekian, salam hormat, terima kasih