HORAS
Selamat datang di blog OMPU RAJA
RUMBI SIAHAAN. Blog ini dimaksud untuk memperkenalkan Pomparan OMPU RAJA RUMBI
SIAHAAN.
Sebagai pengantar ada baiknya kami
sertakan tulisan Bab-I mengenai Struktur Silsilah masyarakat Batak yang
dikutip dari buku karya J.C. Vergouwen yang berjudul “Masyarakat dan
Hukum Adat Batak Toba” terbitan LKiS sbb;
Struktur Silsilah: Sistem Kekerabatan
A. Kekerabatan
Sistem kekerabatan orang Batak adalah
patrilineal – menurut garis keturunan ayah. Memang benar , seorang Batak
menyebut anggota marga-nya dengan sebutan dongan sabutuha
(mereka yang berasal dari rahim yang sama), tetapi sekarang ini,dari sejarah
yang dikenal atau dari legenda, kita tidak mengenal keturunan menurut garis matrilineal
(menurut garis keturunan ibu). Garis keturunan laki-laki diteruskan oleh
anak laki-laki, dan menjadi punah kalau tidak ada anak laki-laki yang
dilahirkannya. Sistem kekerabatan patrilineal itulah yang menjadi tulang
punggung masyarakat Batak, yang terdiri dari turunan-turunan, marga, dan
kelompok suku, semuanya saling dihubungkan menurut garis laki-laki. Laki-laki
itulah yang membentuk kelompok kekerabatan; perempuan menciptakan hubungan
besan, kawin dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain.
Sifat dan Cakupan Pengetahuan Orang
Batak tentang Asal Usul Keturunannya.
Pengetahuan orang Batak tentang asal
usulnya merambah jauh sampai ke masa lampau. Ini berlaku baik bagi orang
perorang maupun kelompok. Setiap orang yang moyangnya tidak tercerabut dari
kelompok kerabatnya dan mengetahui tentang fakta-fakta ia dapat menuturkan 6, 8
bahkan 10 turunan atau lebih tentang garis keturunan nenek moyangnya.
Didalam kelompok kekerabatan yang
lebih kecil (sasuhu – termasuk ke dalam satu kelompok, saompu
- berasal dari satu leluhur), setiap orang tahu persis bagaimana
hubungannya dengan para anggota. Tak seorangpun yang tidak tahu di mana
kedudukan kedudukan dirinya di dalam marga atau cabang marga. Setiap anak tahu
persis masuk dalam marga apa, dari marga mana ibunya berasal, dan bahwa saudara
perempuannya akan pergi ke marga lain bila saat perkawinannya telah tiba.
Marga seorang laki-laki mungkin bermula sejak 15 atau
bahkan 20 turunan yang lalu; ini berarti telah berlangsung paling tidak
empat abad yang silam. Titik temu marga seseorang dengan marga orang lain dalam
suatu kelompok suku berada pada beberapa turunan yang lebih awal, dan
begitulah seterusnya hubungan itu berlanjut semakin ke belakang sampai ke zaman
paling tua yang masih dikenal dan akhirnya sampai pada legenda.
Namun, pengetahuan mengenai hubungan
silsilah antara marga yang satu dengan yang lain tidak sama di masing-masing
tempat, begitu juga dalam hal pelestariannya. Jika orang-orang hidup memusat di
suatu daerah, dan selalu hidup bersama di sana sehingga masih terus saling
berhubungan, dan oleh karenanya mereka selalu bisa saling berkomunikasi, maka
biasanya kita akan menemukan suatu pengetahun yang terpercaya mengenai
tali-temali silsilah, cabang dan ranting silsilah, sampai kepada nenek moyang
yang menduduki wilayah itu. Hubungan yang terjalin antara marga dan garis
keturunan diketahui oleh semua orang, dan meskipun terdapat perbedaan
pengetahuan tentang hal itu diantara masing-masing orang, namun perbedaan yang
ada hanya menyangkut hal-hal kecil misalnya menyangkut siapa yang lahir lebih
dahulu.
Dstnya ..
Pada
umumnya orang Batak memiliki minat yang tinggi terhadap martuturtutur –
menelusuri mata rantai silsilah kekerabatan (partuturan) jika ia
berjumpa dengan orang Batak lainnya, terutama untuk mengetahui apakah orang
yang satu masih kerabat dengan yang lainnya; apakah mereka kemudian menjadi
kerabat melalui perkawinan, dan sebagai akibatnya, bagaimana cara yang seharusnya
untuk saling bertutur sapa.
Hubungan
kekerabatan melalui pertalian darah atau perkawinan telah dijadikan alasan oleh
orang Batak untuk saling bersikap ramah. Hal ini terkadang bisa mendatangkan
keuntungan. Minat yang dimiliki oleh orang Batak untuk mengetahui asal usul
nenek moyangnya terungkap di dalam umpama1 (peribahasa Batak) berikut;
Tinitip
sanggar bahen huru-huruan
Djolo
sinungkun marga asa binoto partuturan
Untuk
membuat sangkar burung, orang harus memotong gelagah
Untuk
tahu hubungan kekerabatannya, orang harus menanyakan marga
Sekian, salam hormat, terima kasih